Makalah Bimbingan Karier
MAKALAH BIMBINGAN KARIER
Dosen
Pengampu:
Septia
Lutfi, M.Kom.
Disusun
oleh:
Vivi
Sanggarwati (2121T1534)
STMIK HIMSYA
SEMARANG 2023
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bimbingan karier adalah suatu proses di mana pelajar
diberi arahan dan bimbingan untuk kehidupannya di masa yang akan datang.
Bimbingan karier juga merupakan suatu cara untuk menumbuhkan keinginan
seseorang untuk memiliki karier yang akan dipilih sendiri. Bimbingan karier
merupakan metode pembelajaran yang mengacu pada pemahaman jenjang karier di
masa depan. Dengan adanya bimbingan karier manusia dapat mengetahui apa rencana
yang akan mereka capai untuk kesejahteraan mereka. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai maka setiap manusia harus dapat memahami apa materi bimbingan karier.
Oleh sebab itu langkah selanjutnya agar proses dapat dengan mudah dicapai manusia
harus menentukan waktu, teknik, dan sistem pembelajaran Bimbingan Karier.
Hampir semua manusia dapat mengantisipasi tiga
pengalaman umum. Pertama, perkembangan atau pertumbuhan, dimulai sejak lahir dan
yang secara khusus hadir dimasa muda. Kedua adalah pendidikan yang dalam
pemahaman non-formal, juga dimulai sejak lahir dan terus berlanjut seumur
hidup, dengan penekanan khusus kepada masyarakat selama masa muda seseorang
ketika sekolah formal tersedia, Ketiga adalah kerja, dimulai kebanyakan di masa
muda dan terus berlanjut selama usia dewasa. Tiga pengalaman ini secara
signifikan dibentuk oleh satu lingkup yang sama sekolah. Disinilah perkembangan
individu distimulasi dan dibentuk bagi tiga pengalaman besar hidupnya belajar, hidup
bersama orang lain, dan bekerja. Kalau begitu, peran sekolah bagi jadinya
seseorang, dan pada gilirannya jadinya masyarakat, sangatlah kritis. Konselor
dilingkup apa pun memiliki minat khusus bagi pengaruh sekolah bukan hanya
terhadap kliennya tetapi juga populasi sekolah pada umumnya (Robert dkk, 2011)
Menurut Lilis Satriah (2016) bahwa pemberian layanan
bimbingan mahasiswa tentunya bukan tanpa dasar ataupun alasan. Diantara problem
yang sering dihadapi mahasisa baik dalam perkembangan studinya ataupun problem
pribadi. Pada dasarnya karakteristik utama dari studi tingkat ini adalah
kemandirian baik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, maupun dalam
pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa.
Menurut Marsudi dalam karya ilmiah Anggraeni
(2015:6-7) Bimbingan karir adalah suatu seperangkat, lebih tepatnya suatu
program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk
membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan mengenal
kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan keterampilanketerampilan mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja manfaat bimbingan karier untuk mahasiswa?
2. Bagaimana
cara memhami diri sendiri?
3. Penerapan
bimibingan karier di kehidupan masyarakat
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah
diuraikan diatas, maka tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mahasiswa
mampu memahami konsep atau teori tentang bimbingan karier
2. Mahasiswa
mampu menerapkan konsep tersebut dalam dunia pekerjaan
3. Meningkatkan
kualitas SDM
BAB
II
BIMBINGAN
KARIER
A.
Pengertian
a. Menurut
Walgito (2010), bimbingan karier adalah bantuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan (profesi)
tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan dalam
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah
dimasuki.
b. Menurut
Hartono (2016), bimbingan karier adalah proses membantu konseli dalam hal
memahami dirinya, memahami lingkungannya khususnya lingkungan berupa dunia
kerja, menentukan pilihan kerja dan akhirnya membantunya menyusun rencana untuk
mewujudkan keputusan yang diambilnya.
c. Menurut
Hana (1978), bimbingan karier adalah suatu proses per bantuan terhadap individu
untuk menumbuhkan dan menerima gambaran tentang dirinya secara keseluruhan dan
cocok baginya dalam lapangan pekerjaan, di samping menolongnya untuk mengalami
gambaran tersebut dalam alam nyata.
d. Menurut
Salahudin (2010), bimbingan karier adalah pelayanan bantuan untuk pegawai, baik
secara perseorangan maupun kelompok agar pegawai mampu mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan bekerja, pengembangan karier, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
e. Menurut
Rahmad (2015), bimbingan karier adalah suatu proses membantu seseorang untuk
mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang
dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan dunia
kerja di luar dirinya itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekerjaan,
memasukinya dan membina karier dalam bidang tersebut
B. Tujuan
dan Fungsi
Bimbingan karier merupakan suatu proses yang
diharapkan mampu menciptakan sikap kemandirian seseorang dalam merencanakan dan
menentukan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan diri dan kemampuannya
agar tidak adanya kendala-kendala di dunia kerja. Menurut Salahudin (2010),
tujuan bimbingan karier antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki
pemahaman diri (kemampuan minat, bakat, dan kepribadian) yang terkait dengan
pekerjaan.
2. Memiliki
pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi kerja.
3. Memiliki
sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asalkan bermakna bagi dirinya dan
sesuai dengan norma agama.
4. Memahami
relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan
keahlian atau ketrampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya di
masa depan.
5. Memiliki
kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosio-psikologis
pekerjaan, prospek kerja, kesejahteraan kerja.
6. Memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional
untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
7. Mengenal
ketrampilan, minat dan bakat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier
amat dipengaruhi oleh minat dan bakat yang dimiliki.
8. Memiliki
kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
9. Memiliki
kemampuan untuk menciptakan suasana hubungan industrial yang harmonis, dinamis,
yang berkeadilan dan bermartabat.
Tujuan lain dari bimbingan karier adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi dalam rangka
mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo
(1998), bimbingan karier memiliki empat tujuan utama, yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan
Masyarakat (Societal Objective)
Untuk bertanggung jawab
secara sosial, dalam hal kebutuhan dan tantangan-tantangan yang timbul dari
masyarakat. Suatu organisasi yang berada di tengah-tengah masyarakat diharapkan
membawa manfaat. Suatu organisasi mempunyai tanggung jawab dalam mengelola
sumber daya manusianya agar tidak mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat.
b. Tujuan
Organisasi
Untuk mengenal bahwa
manajemen sumber daya manusia itu ada (exist), dan perlu memberikan kontribusi
terhadap pendayagunaan organisasi secara keseluruhan. Bimbingan karier bukanlah
suatu tujuan dan akhir suatu proses, melainkan suatu perangkat atau alat untuk
membantu tercapainya suatu tujuan organisasi secara keseluruhan.
c. Tujuan
Fungsi (Functional Objective)
Untuk memelihara
(maintenance) kontribusi bagian-bagian lain agar mereka (karyawan dalam tiap
bagian) melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan kata lain setiap karyawan
dalam organisasi itu menjalankan fungsinya dengan baik.
d. Tujuan
Personel (Personnel Objective)
Untuk membantu pegawai
dalam mencapai tujuan-tujuan pribadinya, dalam rangka pencapaian tujuan
organisasinya. Tujuan-tujuan pribadi karyawan seharusnya dipenuhi, dan ini
sudah merupakan motivasi dan pemeliharaan terhadap karyawan tersebut.
C. Prinsip
Prinsip
Menurut Sukardi (1993), prinsip-prinsip dalam
pelaksanaan bimbingan karier adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan
itu dipilih dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan.
2. Pemilihan
jabatan bermula ketika kita pertama kali sadar bahwa suatu pekerjaan dapat menolong
memenuhi kebutuhan kita.
3. Informasi
mengenai diri sendiri berpengaruh terhadap pemilihan jabatan karena informasi
itu membantu kita menyadari apa yang kita inginkan dan membantu di dalam
antisipasi apakah kita kan berhasil.
4. Informasi
mengenai jabatan akan membantu dalam pemilihan jabatan karena informasi
tersebut membantu kita dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi
kita.
5. Kebutuhan-kebutuhan
dapat dialami secara jelas atau hanya dirasakan secara samar-samar yang
keduanya ini berpengaruh di dalam pemilihan jabatan.
6. Pemilihan
jabatan selalu dapat berubah apabila kita yakin bahwa perubahan itu akan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.
7. Setiap
individu masing-masing memiliki kecakapan untuk sejumlah pekerjaan.
8. Setiap
jabatan memerlukan pola khas daripada kemampuannya, minat dan sifat
kepribadian.
9. Membuat
pilihan dan penyesuaian jabatan merupakan suatu proses yang kontinu.
10. Proses
pilihan dan pengembangan vokasional mengikuti lima tahap, meliputi pertumbuhan,
eksplorasi, pembentukan, pembinaan dan kemunduran.
11. Hakikat
pola karier seseorang ditentukan oleh tingkat sosial ekonomi orang tuanya,
kemampuan mental, ciri-ciri kepribadiannya, dan oleh kesempatan yang terbuka
bagi dirinya.
12. Proses
perkembangan vokasional pada hakikatnya merupakan pengembangan dan implementasi
konsep.
13. Kepuasan
kerja dan kepuasan hidup tergantung kepada seberapa jauh orang menyalurkan
kemampuan-kemampuannya, minatnya, sifat-sifat pribadi dan nilai-nilai pribadi
secara memadai.
14. Memilih
suatu jabatan adalah merupakan pernyataan kepribadian seseorang.
15. Inventory
minat merupakan ekspresi kepribadian.
16. Kepuasan,
kemantapan dan hasil kerja tergantung atas kongruensi antara kepribadian
seseorang dengan lingkungan dimana dia bekerja.
Adapun menurut Tohirin (2007), dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan karier, perlu memperhatikan prinsip-prinsip
yaitu sebagai berikut:
1. Bimbingan
karier merupakan suatu proses berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup
seseorang, tidak merupakan peristiwa yang terpilih satu sama lain. Dengan
demikian bimbingan karier merupakan rangkaian perjalanan hidup seseorang yang
terkait dengan keseluruhan aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalaninya.
2. Bimbingan
karier diperuntukkan bagi semua individu tanpa kecuali. Namun dalam praktiknya
prioritas layanan dapat diberikan terutama bagi mereka yang sangat memerlukan
pelayanan. Skala prioritas diberikan dengan mempertimbangkan berat-ringannya
masalah dan penting tidaknya masalah untuk segera dipecahkan. Oleh karena
layanan bimbingan karier diperuntukkan bagi semua siswa, maka pemberian layanan
bimbingan karier sebaiknya lebih bersifat preventif development.
3. Bimbingan
karier merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang dalam
proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri perkembangan pada fase tertentu
hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karier.
4. Bimbingan
karier berdasarkan pada kemampuan individu untuk menentukan pilihannya. Setiap
individu memiliki hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi
harus bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu.
Ini berarti bahwa bimbingan karier tidak sekedar memperhatikan hak individu
untuk menentukan dan memutuskan pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu
untuk mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung
jawab.
5. Pemilihan
dan penyesuaian karier dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Hal ini
mengandung arti bahwa individu perlu memahami terlebih dahulu kemampuan yang
ada dalam dirinya, seperti bakat, minat, nilai-nilai, kebutuhan, hasil
kerja/prestasi belajar dan kepribadiannya.
6. Bimbingan
karier membantu individu untuk memahami dunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang
ada di masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.
D. Faktor
Faktor yang memperngaruhi Bimbingan Karier
Bimbingan
karier merupakan hal yang sangat diperlukanbagi pelajar untuk menghadapi dunia
kerja. Di mana persaingansangat ketat, sehingga diperlukan kompetensi yang
tinggi agarpelajar dapat bersaing.Pada awalnya, pelajar harus melakukan
beberapa langkahdalam mengembangkan dirinya, yaitu:
1. Mencapai
perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Mempersiapkan
diri menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fi sik dan
psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3. Mencapai
pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan
wanita.
4. Memantapkan
nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih
luas.
5. Mengenal
kemampuan bakat, minta serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mengetahui dan melanjutkan pelajaran serta mempersiapkan karier.
7. Mengenal
gambaran dan mengembangkan sikap emosional, sosial dan ekonomi.
8. Mengenal
sistem etika nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat
dan warga negara.
Selain hal-hal di atas, para pelajar
juga harus memiliki pemahaman terhadap realita yang terjadi dalam dunia kerja
dan juga dalam kehidupan bermasyarakat. Hal-hal tersebut antara lain:
1) Kemajuan
teknologi.
Kemajuan teknologi yang
terjadi, membuat pola hidup masyarakat dan dunia pekerjaan mengalami perubahan
yang terjadi secara besar-besaran. Dengan memanfaatkan teknologi baru yang
dihasilkan, memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan berbagai kegiatan
dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat sehingga akan meningkatkan
produktivitas. Penggunaan teknologi baru dalam dunia kerja, antara lain :
a. Komputer
dan perangkatnya.
Komputer digunakan
sebagai alat untuk mengolah data, dan sistem jaringan untuk menghubungkan satu computer
dengan komputer lainnya agar dapat disebar dan diakses secara global. Para
pelajar diharapkan memiliki keahlian dalam menggunakan komputer, setidaknya
kemampuan dasar untuk mengoperasikan komputer dan mengoperasikan
programprogramnya.
b. Mesin
produksi
Diciptakannya
mesin-mesin yang dapat berproduksi secara masal hingga tenaga kerja manusia
tidak lagi mendominasi. Para pelajar diharapkan memiliki keahlian dalam
menggunakan atau memiliki pengetahuan dasar mengenai pengoperasian mesin
tersebut.
c. Robot.
Diciptakannya robot
untuk menggantikan peranan manusia. Robot sudah mulai diciptakan untuk
meringankan pekerjaan manusia. Meskipun membuat robot merupakan teknologi yang
sangat mahal dan sangat canggih sehingga sangat sedikit perusahaan yang
mempergunakannya, namun tidaklah mustahil di masa mendatang robot diproduksi
secara masal untuk mengantikan pekerjaan yang dilakukan manusia.
Para pelajar sebaiknya
membekali dirinya agar memiliki keahlian tersendiri dalam bekerja. Bimbingan karier
merupakan cerminan dari filosofi , keyakinan, dan cita-cita suatu manusia yang
diramu ke dalam pokok-pokok pikiran dan pengalaman yang tersaji dalam bentuk
landasan pemikiran, rumusan tujuan, dan dijadikan panduan dalam proses pendidikan
yang terarah dan terencana. Melalui bimbingan karier, seseorang dapat
mengetahui apa yang hendak dicapai oleh orang tersebut dan karakteristik apa
yang akan dialami oleh sebuah generasi di masa yang akan datang.
2) Pergeseran
struktur ekonomi
Pergeseran struktur
ekonomi membuat banyak pelajar putus sekolah, dikarenakan tidak punya biaya.
Banyaknya pelajar yang terlantar merupakan salah satu faktor dari adanya
pergeseran ekonomi. Dengan terjadinya pergeseran struktur ekonomi tidak semestinya
keadaan pendidikan menjadi terganggu, yang berdampak besar pada perkembangan
karier seseorang tersebut. Adanya dampak yang terjadi dari pergeseran struktur ekonomi,
antara lain adalah sebagai berikut :
a. Jika
ditelusuri lebih lanjut, meningkatnya pengangguran tenaga terdidik merupakan
gabungan beberapa penyebab. Pertama, ketidakcocokan antara karakteristik
lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dengan kesempatan
kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan ini mungkin
bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status atau masalah keahlian
khusus.
b. Kedua,
semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang
aman. Golongan ini menilai tinggi pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang
berisiko tinggi sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan besar daripada membuka
usaha sendiri. Hal ini diperkuat beberapa hasil studi yang menemukan gejala
meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia antara lain disebabkan adanya
keinginan memilih pekerjaan yang aman dari risiko. Dengan demikian angkatan kerja
terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak
sesuai dengan keinginan mereka.
c. Ketiga,
terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal sementara angkatan kerja
terdidik cenderung memasuki sector formal yang kurang berisiko. Hal ini
menimbulkan tekanan penawaran di mana tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup
besar memberi tekanan kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang
jumlahnya relatif kecil, sehingga terjadi pendayagunaan tenaga kerja terdidik
yang tidak optimal.
d. Keempat,
belum efisiennya fungsi pasar tenaga kerja. Disamping faktor kesulitan
memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja yang tidak sempurna dan
tidak lancer menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja di luar bidangnya. Hal
ini tentu saja berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi penggunaan tenaga
kerja.
Rendahnya sumber daya
manusia Indonesia dalam segi ekonomi, membuat sektor pendidikan bekerja keras
untuk menghilangkan budaya tersebut. Bimbingan karier untuk siswa menjadi
sangat penting untuk membantu mengatasi hal tersebut. Beberapa hal yang memicu
kurangnya minat para media pekerjaan di luar negeri. Pertama, kompetensi tenaga
kerja belum dapat memenuhi kualifi kasi atau persyaratan yang ditetapkan oleh pasar
(mismatch). Hal ini disebabkan oleh ketimpangan antara kekurangmampuan dan
keterampilan yang diajarkan di lembaga pendidikan. Kedua, pemenuhan pasar kerja
luar negeri sangat terbatas karena kendala bahasa dan kesehatan pencari kerja.
Peluang kerja ini tidak
termanfaatkan karena rendahnya kemampuan bahasa Arab para tenaga kerja. Ketiga,
perlu dilakukan pendekatan atau model pengajaran bahasa Arab bagi tenaga kerja
yang selaras dengan kebutuhan dan bidang pekerjaan mereka (Karnaen, 2002).
Uraian di atas menegaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
kualitas SDM tenaga kerja Indonesia ialah lemahnya penguasaan bahasa asing.
Dengan demikian, jelaslah urgensi pengajaran bahasa asing di sekolah-sekolah
secara lebih intensif lagi guna mengatasi masalah kebahasaan.Oleh karena itu, dikembangkanlah
paradigma community based education, yaitu pendidikan yang berfungsi memenuhi
kebutuhan tersebut, dan ditujukan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat.
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memenuhi kebutuhan nyata masyarakat
setempat (locally relevant needs), sehingga hasil dari proses pendidikan
dirasakan benar manfaatnya.
3) Pergeseran
peran wanita
Saat ini peran wanita
telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Peran wanita dalam
kehidupan tradisional adalah untuk mengurus anak dan rumah tangga, kini wanita
memiliki peran sosial dimana wanita dapat berkarier dalam berbagai bidang,
seperti bidang ekonomi, bidang sosial, bidang politik, dan lain-lainnya.
Pergeseran peran ini
bukanlah hal yang mudah. Secara tradisional, peran wanita seolah dibatasi dan ditempatkan
pada posisi pasif. Wanita hanyalah pendukung karier suami. Peran wanita yang
terbatas pada peran reproduksi dan mengurus rumah tangga membuat wanita identik
dengan pengabdian kepada suami dan anak. Sementara wanita modern dituntut untuk
berpendidikan tinggi, berperan aktif, dan kritis. Sebagai wanita karier,
tuntutan sebagai ibu rumah tangga pun tidak terhindarkan. Seoarang wanita harus
dapat berperan ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang baik, dan juga
dituntut untuk dapat mengembangkan kariernya. Untuk itu wanita harus senantiasa
bugar, produktif, dan memiliki keseimbangan jiwa.
Bimbingan karier kepada
pelajar putri perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut ini :
a. Pelajar
putri tampak lebih matang daripada pelajar lakilaki dalam aspek landasan hidup,
religius, kematangan emosional, persiapan menikah dan hidup berkeluarga.
b. Pelajar
putri cenderung memiliki bakat untuk bekerja dibidang artistik dan sosial.
c. Pelajar
putri umumnya berpembawaan sifat feminin.
d. Pelajar
putri juga mudah mengerti dengan cepat sesuatu yang diajarkan.
e. Pelajar
putri juga mempunyai tingkat kesensitifan yang sangat tinggi.
Hakekat pembangunan Nasional dewasa ini adalah peningkatan
kualitas hidup penduduk. Konsekuensi ini mengacu kepada pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya yang meliputi kualitas jasmaniah maupun rohaniah. Dengan
adanya konsekuensi ganda ini, maka keberadaan manusia, sebagai obyek
pembangunan perlu didorong dan diangkat sebagai subyek pembangunan. Untuk mencapai
hakekat tersebut, diperlukan upaya-upaya awal sebagai tolok ukur guna
meningkatkan partisipasi semua penduduk.
Analisis peran wanita merupakan salah satu langkah awal
ke arah peningkatan partisipasi wanita dalam peningkatan dan pengembangan
karier. Konsepsi dasar dari upaya ini adalah mengangkat hakekat, kodrat serta
peranan wanita sebagai salah satu bagian integral dari peranan wanita dalam
konteks pembangunan. Berhagai persepsi yang sangat beraneka ragam tentang
hakekat, kedudukan dan keberadaan wanita selama ini baru perlu mulai diangkat
ke permukaan baik melalui seminar, pertemuan ilmiah dan berbagai kegiatan lain.
Dengan maksud tersebut, hakekat keberadaan dan kondisi nyata yang dialaminya
dapat diketemukan guna mendapatkan perhatian dan pengelolaan sewajarnya.
Keikut sertaan wanita dalam konteks pembangunan
sangat diperlukan. Secara empiris posisi wanita berada diantara tahap pengembangan
diri. Kedua tahap ini dihadapinya dengan berbagai konsekuensi yang sangat
mendasar. Konsekuensi pertama, yaitu upaya pengembangan diri dan peningkatan
keberadaannya untuk membangun dirinya sendiri (self development) sesuai dengan kemajuan
yang ada. Kondisi itu menyebabkan timbulnya berbagai persepsi yang keliru
tentang partisipasi wanita dalam pengembangan dan pembangunan. Di satu pihak
diupayakan agar timbul motivasi pribadi dari wanita untuk meningkatkan dirinya
sedangkan di pihak lain wanita diharapkan tetap memperhatikan adat-istiadatnya.
Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya benturan nilai-nilai kebudayaannya
dengan nilai-nilai penunjang pembangunan. Akibatnya benturan nilai-nilai budaya
ini menimbulkan terjadinya pergeseran peranan dan fungsi wanita dalam
keluarganya maupun bidang aktivitas ekonomi, sosial budaya dan politik. Oleh
karena itu, berdasarkan hal tersebut diperlukan kajian awal yang bertujuah
untuk:
(1)
memperoleh gambaran obyektif dan komprehensif mengenai, situasi dan peranan
wanita sekarang ini;
(2)
memperoleh gambaran yang obyektif tentang kendala-kendala yang masih menjadi
penghambat bagi kemajuan wanita;
(3)
memperoleh gambaran tentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah
berhasil
maupun belum berhasil dalam; upaya meningkatkan
peranan
wanita di daerah ini; serta
(4)
dapat memberikan analisis situasi wanita pada masa yang akan datang dengan
menggunakan situasi lampau dan sekarang sebagai tolok ukurnya.
4) Kekurangmampuan
diri pelajar
Banyaknya tindakan yang
mencerminkan bahwa pelajar itu kurang mampu, misalnya dengan banyaknya pelajar
yang melakukan pelanggaran di sekolah yaitu mencontek jawaban dari soal-soal
yang diberikan oleh pengajar baik guru atau dosen pengajar. Banyaknya tingkat
kriminal yang dilakukan oleh pelajar baik itu pelajar putra atau pelajar putri,
dilihat dari tingkah laku sehari-hari, seperti pelajar yang selalu bergaya
mengikuti mode, berarti pelajar itu sudah menunjukkan bahwa dirinya kurang
mampu untuk tampil, dengan demikian pelajar harus lebih banyak diberi
bimbingan.
Menyangkut bimbingan
karier, pelajar yang merasa dirinya kurang mampu dalam pelajaran atau pun
ketidaksiapan diri dengan keadaan di sekitar dirinya baik perubahan sistem
ekonomi, kemajuan teknologi, dan lain-lain.
Ada beberapa tindakan
pelajar yang dinyatakan kurang mampu, yaitu sebagai berikut :
a. Pertama
ketika pelajar mengikuti ujian baik itu ujian akhir semester atau ujian lainya
pelajar menjawab dengan mengisi jawaban yang dilihat dari jawaban temannya
(menyontek).
b. Kedua
pelajar yang sering mengerjakan pekerjaan rumah (PR) tetapi dilakukan di
sekolah atau di kampus dengan melihat jawaban pekerjaan temannya dan dilakukan
di sekolah pada waktu sebelum atau pada waktu jam pelajaran sebelum pekejaan
itu dikumpulkan.
c. Ketiga
ketika pelajar sedang ujian sekolah pelajar membuat catatan kecil yang
berfungsi sebagai alat bantu mengerjakan soal ujian (kerpean).
d. Keempat
pelajar melakukan tindakan penipuan akademik, seperti pelajar kuliahan yang
sering titip tanda tangan (presensi), berarti pelajar tersebut belum mengalami
kesiapan diri, yang mana pelajar sudah melakukan tindakan yang merugikan dirinya
dan orang lain.
Pada umumnya remaja
mengalami kebingungan tentang karier yang akan dicapainya. Mereka
menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan
bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil
keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di
dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier
yang akan mereka tekuni.
Pada sub tahap
berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan
pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri
yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka
remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final.
Akhirnya, para remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier
yang akan dipilihnya. Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karier
itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan
orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi
sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa
faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang
remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang
ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu
tertutup karena ”tidak ada lowongan”, maka karier yang dicita-citakan akhirnya
tidak bisa terwujud. Pemaparan dua tokoh diatas, Ginzberg dan Donald Super,
memberi petunjuk yang jelas bagi kita bahwa karier adalah permasalahan
sepanjang hidup. Maka ada pepatah yang mengatakan bahwa karier itu merupakan
persoalan sejak lahir sampai mati tetapi semua masalah tersebut dengan mudah
dilewati apabila mengetahui tentang karier.
5) Pengangguran
Banyaknya terjadi
pengangguran akibat banyak dari masyarakat tidak mampu mengikuti perubahan dari
jaman, berarti orang tesebut ketika di sekolah atau di kuliah sering
bermain-main, sehingga ketika lulus dari sekolah atau kuliah pelajar tidak mempunyai
bekal yang cukup untuk mauk kedunia kerja. Banyaknya pengangguran akibat dari
majunya perkembangan teknologi, yang mana perkembangan teknologi itu mempunyai
dampak positif dan dampak negatifnya, contoh dampak negatifnya yaitu :
banyaknya dunia industri yang menggunakan robot, sehingga posisi pekerjaan
manusia digantikan oleh robot.
Dan dampak positifnya
manusia tidak kesusahan karena pekerjaannya dibantu oleh robot, pengeluaran
produksi bisa lebih ditekan, dan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh robotik
semakin sedikit, dan perusahan itu mendapatkan keuntungan yang besar. Pengangguran
terjadi karena pelajar tidak mengalami kesiapan mental untuk mengikuti
perkembangan jaman, dengan pergeseran struktur ekonomi, pergeseran peran
wanita, dan kemajuan teknologi, dengan pelajar diberikan bimbingan karier pelajar
akan mengalami proses pembekalan karier, yang mana pembekalan itu akan berefek
besar di masa depan.
Pekerjaan merupakan
salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana
pun dan kapanpun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah
jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi
penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam
hidup ini karena masalah pekerjaan. Pekerjaan memiliki peran yang sangat besar
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan
psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang
yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih
dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur.Secara social orang
yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak
bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan
meningkatkan harga diri dan kompetensi diri.
Pekerjaan juga dapat
menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki
individu. Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Sedangkan lebih menunjuk
pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup,
yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai
seluruh gaya hidupnya. Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat pekerjaan
yang sifatnya sementara waktu. Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam
kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk
merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan
bimbingan karier yang berkelanjutan.
Dari uraian sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier itu sangat penting karena bisa
membangun karier orang di masa yang akan datang. Setiap orang setidaknya
memiliki skill atau keahlian yang benar-benar dikuasai oleh setiap pelajar.
Adanya perbedaan antara pria dan wanita tidak menutup kemungkinan jika
pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh kaum pria sekarang banyak dilakukan oleh
kaum wanita. Ketidaksiapan pelajar dapat menyebabkan kesalahan yang fatal
seumur hidup, yaitu pelajar itu akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
perubahan jaman dan orang tersebut akan kesulitan untuk memperoleh pekerjaan.
Pengangguran selalu
akan bertambah jika setiap orang tidak bisa mengikuti keadaan yang setiap detik
selalu berubah. Semuanya bisa diatasi dengan bimbingan sejak dini, sehingga
beberapa factor negatif yang mempengaruhi karier masa depan pelajar tersebut bisa
dikurangi. Oleh karena itulah, jadilah pelajar yang baik, yang bisa mengikuti
jaman, dan perubahan yang terjadi setiap detiknya, sehingga tidak menambahkan
catatan panjang pengangguran di negeri ini. Dilihat dari pentingnya
pembelajaran bimbingan karier, yang menekankan dari bidang apapun, bahwa segala
bentuk aspek yang berpengaruh pada dunia karier memang membutuhkan sesuatu
media pendidikan yaitu berupa pembelajaran bimbingan karier.
6) Bentuk
Pelaksanaan Bimbingan Karier
Terdapat beberapa
bentuk pelaksanaan bimbingan karier yang dilakukan di sekolah, antara lain
yaitu sebagai berikut:
1. Ceramah
dari narasumber. Kegiatan ini, dilakukan dapat bersumber dari pembimbing,
konselor, guru, maupun dari narasumber dari pihak dunia kerja dalam rangka
memberikan informasi yang lebih banyak tentang pekerjaan, jabatan dan karier
yang akan membantu siswa dalam pemilihan karier.
2. Diskusi
kelompok. Kegiatan ini bercirikan satu keterkaitan pokok masalah/pertanyaan
dalam hal perencanaan karier, pekerjaan, karier, dimana para siswa berusaha
untuk memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan
pendapat para siswa yang lain dalam sebuah dinamika kelompok.
3. Pengajaran
unit. Pengajaran unit dilaksanakan melalui kerja sama antara pembimbing dan
guru bidang studi untuk membantu siswa memperoleh pemahaman tentang pekerjaan,
jabatan, dan karier yang akan membantu siswa dalam pemilihan karier.
4. Sosiodrama.
Pembimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasi sikap,
tingkah laku/penghayatan seseorang dalam sebuah dinamika drama, seperti yang
dilakukannya dalam reaksi sosial sehari-hari di masyarakat sehubungan dengan
masalah pekerjaan dan karier.
5. Karyawisata
karier yang diprogramkan oleh sekolah. Pihak sekolah mengadakan wisata untuk
membantu siswa belajar dan bekerja pada situasi baru yang menyenangkan, agar
siswa mampu merasakan pengalaman bekerja yang sesungguhnya.
6. Informasi
melalui kegiatan kurikuler secara instruksional. Pemberian informasi tentang
pekerjaan, jabatan, karier dengan cara mengaitkan dengan mata
pelajaran/kegiatan belajar mengajar oleh semua guru mata pelajaran.
7. Hari
karier (Career Days). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu yang
berkaitan dengan pengembangan karier. Pada hari tersebut kegiatan bimbingan
karier dilaksanakan berdasarkan program bimbingan karier yang telah ditetapkan
oleh sekolah
BAB
III
TEORI
PENGEMBANGAN KARIR
A. Teori
Trait and Factor
Trait
and Factor, secara sederhana dapat diartikan sebagai mencocokkan karakter individu
dengan tuntutan suatu okupasi tertentu yang akan membantu memecahkan masalah
penelusuran karirnya. Dalam teori Trait and Factor, kepribadian merupakan suatu
sistem atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan,
minat, sikap, dan temperament. Kepribadian dapat diidentifikasi dari hasil
testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Karakteristik
utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan unik
atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkaitan dengan tuntutan
berbagai jenis pekerjaan. Pada dasarnya, individu berusaha untuk menggunakan pemahaman
diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Namun, pendekatan trait dan faktor dinilai terlalu sempit cakupannya untuk dipandang
sebagai teori utama perkembangan karir karena hanya terdapat satu tujuan karir untuk
setiap orang dan keputusan karir terutama didasarkan atas kemampuan yang
terukur.
B. Teori
Perkembangan Karir Donald E. Super
Teori
self-concept merupakan bagian yang sangat penting dari pendekatan Super terhadap
perilaku vokasional. Vocational self-concept berkembang melalui pertumbuhan fisik
dan mental, observasi kehidupan bekerja, mengidentifikasi orang dewasa yang bekerja,
lingkungan umum, dan pengalaman. Meskipun vocational self-concept hanya merupakan
bagian dari konsep diri secara keseluruhan, tetapi konsep tersebut merupakan tenaga
penggerak yang membentuk pola karir yang akan diikuti oleh individu sepanjang hidupnya.
Super membagi teori konsep diri ke dalam dua komponen:
(1) personal
atau psikologis, yang berfokus pada cara individu memilih dan beradaptasi pada
pilihannya; dan
(2) sosial,
yang berfokus pada asesmen pribadi yang dilakukan oleh individu terhadap situasi
sosio-ekonominya dan struktur sosial. Hubungan antara konsep diri dengan perkembangan
karir merupakan salah satu kontribusi utama teori Super.
Super
(1974) mengidentifikasi dimensi kematangan karir yang mendukung konsep bahwa
pendidikan dan konseling dapat menjadi stimulus untuk perkembangan karir. Kematangan
karir tidak hanya terkait dengan tugas-tugas perkembangan yang terselesaikan secara
individual tetapi juga dengan perilaku yang diimplementasikan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada periode tertentu. Konsep kematangan
karir yang dikembangkan oleh Super mempunyai implikasi yang besar bagi program
pendidikan karir dan konseling karir.
C. Social
Learning Approach to Career Development Theory Krumboltz
Pendekatan
teori social-learning dalam pemilihan karir telah dipelopori oleh Krumboltz,
Mitchell, dan Gelatt (1975). Dalam teori ini, proses perkembangan karir melibatkan
empat faktor yaitu:
(1) warisan genetic dan
kemampuan khusus,
(2) kondisi dan peristiwa
lingkungan,
(3) pengalaman belajar,
dan
(4) keterampilan
pendekatan tugas.
Krumboltz et al.
menekankan bahwa pengalaman belajar yang unik dari masingmasing individu selama
hidupnya menyebabkan berkembangnya pengaruh-pengaruh primer yang mengarahkan
pilihan karirnya. Pembentukan keyakinan dan generalisasi individu menjadi hal
yang penting dalam model social-learning. Dalam mengambil keputusan individu
dapat mengamati, meniru, dan mencontohi orang-orang yang ada disekelilingnya.
Peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan keyakinan individu dan
mengeksplorasi alternative keyakinan dan tindakan yang perlu dilakukan.
D. Teori
Penyesuaian Kerja
Leung
(dalam Athanasou, 2008:116) mengemukakan bahwa teori penyesuaian kerja
merupakan teori perkembangan karir untuk mengkaitkan perbedaan individual perilaku
memilih pekerjaan yang menyesuaikan dengan korespondensi lingkungan.
a. Konsep
Dasar
Brown mengemukakan
bahwa teori penyesuaian kerja termasuk kelas teori yang dikenal sebagai teori P
(person) dan E (environment). Teori ini untuk mengetahui P sebagai invidu atau
pekerja/karyawan sedangkan E adalah lingkungan kerja dan atau organisasi.
Variabel P dan E ini sering digunakan untuk menjelaskan perilaku atau hasil.
Teori Penyesuaian Kerja
dimulai dengan asumsi bahwa:
1. P
sebagai organisme yang bekerja
2. P memiliki kemampuan untuk bertahan atau
menyesuaikan diri dengan E
3. P
mempunyai perilaku untuk berinteraksi dalam E
b. Karakteristik
Teori Penyesuaian Kerja
Setiap individu ingin
mencapai prestasi dalam bekerja dan kepuasan dalam pencapaiannya. Dawis dan
Lofquist menuliskan bahwa kepuasan adalah indicator kunci dalam penyesuaian
kerja. Kepuasan dan pemuasan kerja dapat berhubungan dengan pergantian,
absensi, keterlambatan dalam bekerja, kesetian dalam bekerja, kesetian pada
pekerjaan, menjaga moral kerja dan produksi.
c. Aspek
Penyesuaian Kerja
1. Aspek
Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapainya hubungan
yang harmonis antara siapa dirinya dengan lingkungan kerjanya.
2. Penyesuaian
Sosial
Lingkungan masyarakat
dan individu dapat mempengaruhi satu sama lain. Dari proses tersebut timbul
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi untuk mencapai penyesuaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
E. Teori
Karir Holland Personality in Work Enviroment
John
Holland berpendapat bahwa kepribadian merupakan prioritas yang menjadi alasan
utama individu dapat tertarik atau tidak pada suatu karir yang ingin diperjuangkannya
dalam hidup. Holland juga menambahkan bahwa terdapat variablevariabel lain yang
dapat melatarbelakangi atau mempengaruhi pengambilan keputusan karir individu.
Konsep yang menjadi pusat perhatian Holland adalah bagaimana individu dapat
mengambil keputusan tentang karirnya untuk memuaskan orientasi kesenangan pribadinya
yang telah terbentuk melalui sifat genetik yang diturunkan orang tua dan perjalanan
atau bahkan pengalaman hidup individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Semakin
tinggi tingkat dominan orientasi yang dimiliki, semakin tinggi pula tingkat
kepuasan yang akan diperoleh individu. Selain itu, lingkungan kerja yang cocok
atau sesuai dengan individu akan menjadi faktor penentu pemilihan gaya hidup individu.
Selffulfillment
dapat diraih saat individu berada dalam okupasi yang sifatnya homogen. Hal ini
juga dapat menjadi penyebab konsistennya karir individu. Holland menegaskan
bahwa dalam proses pencarian kepuasan dan stabilitas vokasional, individu sangat
memerlukan pengetahuan yang memadai dari dirinya sendiri (selfknowledge). Langkah
berikutnya yang harus diperhatikan individu adalah menyadari pentingnya
selfevaluations individual demi mencapai karirnya
Berikut ini tabel mengenai gaya
pribadi dan lingkungan okupasional yang saling berkaitan satu sama lain.
|
Gaya Pribadi |
Tema |
Lingkungan Okupasional |
||
|
·
Memiliki kecenderungan agresif, ·
Menyukai hal-hal yang
konkret, ·
Hubungan interaksi personal kurang baik |
Realistic |
·
Pekerja terampil seperti tukang pipa, tukang listrik, dan operator mesin. ·
Keterampilan teknisi seperti juru mesin
pesawat terbang, juru foto, juru
draft dan pekerjaan servis tertentu. |
||
|
·
Intelektual, ·
Abstrak, ·
Analitik, ·
Mandiri, |
Investigative |
·
Ilmiah seperti ahli kimia,
ahli fisika, dan ahli matematik. ·
Teknisi seperti teknisi lab, programmer komputer, dan pekerja elektronik. |
||
|
·
Imaginatif, ·
Menghargai estetika, ·
Menyukai ekspresi diri
melalui seni, ·
Agak mandiri dan extrovert |
Artistic |
·
Artistik seperti pematung, pelukis, dan
desainer. ·
Musikal seperti guru musik, pemimpin orkestra, dan musisi. ·
Sastrais seperti editor, penulis, dan kritikus. |
||
|
·
Menyukai interaksi sosial, ·
Senang bergaul, ·
Memperhatikan masalah- masalah sosial, ·
Religius, |
Social |
·
Edukasional seperti
guru, administrator pendidikan, dan profesor. ·
Kesejahteraan sosial
seperti pekerja sosial, sosiolog, konselor |
||
|
·
Berorientasi layanan
masyarakat, dan ·
Tertarik pada kegiatan pendidikan |
|
rehabilitasi, dan perawat
profesional. |
|
|
|
·
Extrovert, ·
Agresif, ·
Petualang, ·
Menyukai peran-peran pemimpin, ·
Dominant, ·
Persuasif, dan ·
Memanfaatkan keterampilan verbal yang baik |
Enterprising |
·
Managerial seperti menejer personalia, produksi, dan menejer pemasaran. ·
Berbagai posisi pemasaran seperti salesperson asuransi, real estate, dan mobil. |
|
|
|
·
Praktis, ·
Terkendali, ·
Bisa bergaul, ·
Agak konservatif, ·
Menyukai tugas-tugas terstruktur dan menyukai aturan-aturan dengan sanksi masyarakat |
Conventional |
·
Pekerja kantor dan administrasi seperti
penjaga waktu, petugas
file, teller, akuntan, operator, sekretaris, petugas
pembukuan, resepsionis, dan manejer
kredit. |
|
|
Jika
dikaitkan dengan bimbingan dan konseling, teori Holland menekankan pentingnya
pencarian informasi yang tepat agar individu dapat mencapai kepuasan dalam
karirnya. Guru BK atau konselor dapat lebih berfokus pada pengembangan assesmen
minat dan bakat konselinya agar dapat diarahkan sedini mungkin dalam hal
pengambilan keputusan karir. Individu sangat perlu untuk memiliki
self-knowledge, mengetahui berbagai macam gaya pribadi dan jenis pekerjaan
serta lingkungan okupasional yang menjadi ketertarikannya.
F. Savickas
Savickas
merupakan salah satu ahli yang berinovatif untuk menambahkan teorI Super.
Konsep yang ditambahkan Savickas adalah konsep mengenai konstruksi kognitif. Namun,
Savickas hanya berfokus pada kehidupan karir yang didasarkan pada pengalaman individu
saat memasuki tahap dewasa sehingga pilihan kariri saat usia remaja bukanlah
hal yang ditekankan oleh Savickas.
Savickas
(1997) menjelaskan proses karier merupakan gambaran detail dari pembangunan
konstruksi pribadi/social dan tidak dapat dikatakan sebagai kajian internal. Pada
tahun 2005, lebih jelas lagi Savickas mengatakan bahwa kebutuhan eksternal merupakan
hal yang juga harus dipertimbangkan dengan pribadi individu. Selain itu, pengintegrasian
informasi yang dikaji dari berbagai sumber menjadi hal yang sangat penting.
Pengumpulan informasi ini termasuk dalam skema umum. Proses identitas karir terus
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan konstruksi juga ikut berubah
saat memasuki fase dewasa seiring dengan keputusan-keputusan baru yang akan
diambil kemudian hari serta lingkungan kerja individu. Namun, self concept
career sebelumnya telah terbentuk menjadi gambaran yang stabil pada masa
remaja. Terdapat lima tahap perkembangan yaitu pertumbuhan, mengeksplorasi, pembentukan,
pemeliharaan, dan pelepasan. Kelima tahap tersebut akan mengisi setiap perubahan
besar dalam individu. Konkret atau tidaknya proses perubahan yang terjadi dapat
dilihat dari penjelasan bagaimana perubahan itu terjadi. Mekanisme yang ditunjukkan
dalam penyesuaian perubahan karir dapat dikatakan dengan istilah “adaptasi”.
Dalam
proses awal penentuan karir, individu sangat memerlukan konstruksi dasar. Sedangkan,
faktor pendukung yang tak kalah penting adalah partisipasi yang diberikan individu
dalam pekerjaan sebagai upaya mencapai integrasi sosial. Savickas juga menggunakan
istilah “habitus” untuk mengilustrasikan hubungan antara tingkat kesubjektifan
pandangan individu dengan konstruksi sosial serta penjelasan dari tujuan struktur
sosial. Sikap, keyakinan dan kompetensi, ditunjuk oleh Savicas sebagai ABC atau
komponen dasar adaptabilitas. Sikap (A) dan keyakinan (B) menunjukkan keadaan
dan perasaan seseorang untuk beradaptasi lebih efektif
Jika
dikaitkan dengan bimbingan dan konseling, maka peran konselor berfokus pada pengembangan
praokupasi pada konseli. Pengembangan bertujuan untuk menanamkan pemahaman
tentang nilai-nilai yang menjadi inti kehidupan yang pada akhirnya makna yang
didapat akan menjadi bekal untuk mencari karir.
G. Teori
Batasan dan Kompromi Gottfredson
Teori
batasan dan kompromi yang telah dirumuskan oleh Gottfredson berfokus pada
pekerjaan yang diinginkan oleh individu dengan harapan adanya kecocokan antara pekerjaan
yang diinginkan dengan citra diri individu. Di sisi lain, Gottfredson juga menjelaskan
bahwa ada dua hal yang menjadi pengaruh besar bagi konsep diri individu yaitu
latar belakang sosial ekonomi dan tingkat intelektualitas.
Menurut
Gottfredson kelas sosial dan kecerdasan diklasifikasikan ke dalam teori konsep
diri yang berkaitan dengan penentuan pilihan kejuruan. Hal ini dapat dijabarkan
dengan konstruksi berikut,
1. Self-Concept:
pandangan seseorang mengenai segala hal dengan dirinya sendiri,
2. Images
of Occupations: gambaran mengenai pekerjaan yang tetap memperhatikan beberapa
hal seperti kepribadian dan kecocokan individu atas pilihan pekerjaannya,
3. Cognitive
Maps of Occupations: ilustrasi tentang peta kognitif yang berkaitan dengan
pekerjaan,
4. Sosial
Space: lingkungan bekerja individu yang kemungkinan besar dapat menjadi orientasinya
dalam memilih pekerjaan didasarkan dengan keadaan mayoritas, baik secara
langsung maupun tidak langsung,
5. Circumscription:
proses penyempitan ruang lingkup atau wilayahnya mengenai pengambilan keputusan
terkait ruang sosialnya serta alternatif lainnya,
6. Compromise:
kepuasan individu mengenai pilihan baiknya meskipun bukanlah yang terbaik,
7. Perkembangan
Kognitif: kemampuan penalaran individu meningkat seiring bertambahnya usia dan
merupakan kompetensi mental pengembangan peta kognitif yang di dalamnya
terdapat pekerjaan dan konsep diri yang berkaitan dengan pemahaman individu
terhadap dunia kerja.
8. Pembentukan
Diri: individualitas seseorang berkembang sebagai proses memahami dan
pembentukan diri.
9. Teori
Batasan: proses penghilangan keinginan pekerjaan yang dilakukan individu dikarenakan
hal tersebut tidak dapat diterima. Teori batasan juga memiliki tahapantahapan
tertentu.
H. Sosial
Kognitif
Pada
teori ini, Brown pada tahun 2007 mengemukakan bahwa hal yang menjadi perhatian
utama dalam teori sosial kognitif adalah efisiensi diri dan minat. Keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat dan akan semakin kuat jika dikembangkan menggunakan beberapa
cara. Cara-cara yang dapat digunakan adalah pemodelan, dukungan, dan performa.
Brown menegaskan bahwa performa merupakan cara yang menduduki peringkat satu
dalam menguatkan efisiensi diri dan minat. Setahun kemudian, Brown dan Lend
mengungkapkan bahwa dalam pengambilan keputusan konseli dan pengembangan karir
sangat dipengaruhi dua faktor utama, yaitu,
• Pengalaman belajar
ü Pengalaman
belajar instrumental (terkait konsekuensi dan tindakan yang hasilnya dapat
diamati)
ü Asosiatif
• Keterampilan
pendekatan tugas /tasks approach skills (sudah dikembangkan oleh individu)
ü Keterampilan
problem-solving,
ü Kebiasaan
kerja,
ü Mental
set,
ü Respon
emosional, dan
ü Respon
kognitif
BAB
IV
INFORMASI
KERJA
A. Pendahuluan
Tidak
dapat disangkal lagi bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan-kebutuhan
yang dimaksud dapat berupa kebutuhan fi sik maupun psikis. Kebutuhan manusia memiliki
urutan-urutan, yaitu manusia perlu memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu
sebelum mereka dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
Berdasarkan
penjelasan di depan dapat diidentifi kasikan pendidikan dan pekerjaan itu
sebagai suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Maka untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia baik berupa kebutuhan fi sik maupun kebutuhan
psikis diperlukan suatu pekerjaan. Manusia pada umumnya perlu bekerja, namun
pekerjaan yang dapat dijabat oleh seseorang secara berhasil dan membahagiakan
jumlahnya amat terbatas. Dalam keadaan seperti ini seorang siswa atau calon pekerja
harus mampu mengambil keputusan untuk menetapkan suatu pekerjaan bagi dirinya
sendiri. Selain itu kita harus banyak bertanya kepada orang yang memiliki
wawasan yang luas tentang wawasan dunia kerja.
B. Mengapa
Kita Perlu Pekerjaan?
Setiap
orang dalam masyarakat ingin bekerja dan berbahagia serta sukses dalam suatu
pekerjaan tertentu. Karena pekerjaan ini nantinya yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk meraih serta memegang suatu pekerjaan yang
sesuai dengan kebutuhan hidupnya, seseorang harus mampu untuk membuat suatu
rencana dan keputusan sendiri dalam mempersiapkan karir dalam pekerjaan dimasa
depan. Berbagai macam kebutuhan manusia yang sangat kompleks mendorong setiap
komponen masyarakat saling berlomba mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Keputusan
pekerjaan bagi masa depan akan terwujud apabila kita mampu menyesuaikan diri
antara potensi-potensi yang dimilikinya dengan kesempatan yang tersedia.
Mempertimbangkan dan menetapkan pekerjaan yang akan kita gengam dalam beberapa tempo
waktu kedepan adalah bersumber dari sejumlah pekerjaan yang tersedia di
masyarakat. Masyarakat sebagai suatu komunitas sosial memiliki pandangan
tersendiri terhadap kelompok masyarakat dengan suatu jenis pekerjaan, atau
kelompok masyarakat yang tidak memiliki suatu pekerjaan.
Apa
yang Seharusnya Diketahui Siswa Tentang Pekerjaan? Seorang siswa harus pandai
menggali segala sesuatu yang bersangkutan dengan suatu pekerjaan. Baik dari
informasi yang diberikan dari guru atau orang yang telah berpengalaman harus
kita cocokkan antara situasi suatu pekerjaan yang kita minati dengan kemampuan
kita sendiri. Dengan mengenal pekerjaan yang kita impikan, maka diharapkan siswa
dapat penyesuaian diri dengan pekerjaan yang mungkin dihadapinya kelak.
Pelaksanaan
pencarian informasi/pengetahuan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
misalnya diskusi, observasi, karyawisata, praktik industri, temu alumni,
searching di internet dan lain sebagainya. Kita sebagai siswa perlu mengetahui
pengetahuan tentang pekerjaan antara lain :
1. Jenis-jenis
pekerjaan
Suatu pekerjaan
memiliki karakteristik keahlian dan kegiatan yang berbeda-beda dengan pekerjaan
lainnya, sehingga kita sebagai calon pekerja diharapkan mampu mencari informasi
yang jelas agar kita dapat menyiapkan diri untuk bersaing dengan orang lain.
2. Sumber
Informasi Pekerjaan
Sumber informasi
pekerjaan adalah suatu tempat atau wadah yang menampung tentang
informasi-informasi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan sehingga masyarakat
dapat memanfaatkannya guna mencari lowongan pekerjaan. Adanya sumber-sumber
informasi pekerjaan akan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan info tentang
suatu lowongan yang ada sehingga masyarakat tidak harus langsung mendatangi
tempat yang menyediakan lowongan pekerjaan guna mendapatkan informasinya.
Sumber informasi
pekerjaan saat ini sangat banyak tersedia, tinggal bagaimana kita dapat
memanfaatkannya. Ada dua jenis media sumber informasi yang tersedia yaitu
melalui media cetak dan elektronik. Contoh dari media elektronik seperti
internet, televisi, radio, sedangkan media cetak meliputi koran, selebaran,
pamfl et, baliho, dsb.
Dari beberapa contoh
media sumber informasi diatas hanya beberapa yang sering dimanfaatkan yaitu
iklan dalam koran maupun selebaran karena untuk internet hanya masyarakat kota saja
yang bisa memanfaatkannya. Jangkauan internet belum bisa diakses bagi mereka
yang tinggal di daerah pedesaan sehingga kebanyakan masih mengandalkan iklan
dalam koran ataupun dari siaran radio.
Sumber informasi yang
ada saat ini telah memberikan kita kemudahan untuk mencari informasi yang kita
butuhkan, tinggal bagaimana kita dapat memanfaatkannya. Karena percuma saja tersedia
sumber informasi jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Kemajuan teknologi juga
sangat mendukung dalam hal ini. Berikut ini adalah berapa sumber informasi yang
paling mudah dimanfaatkan antara lain:
a. Koran
Koran adalah media
cetak yang banyak digunakan untuk memasang iklan.media ini paling banyak sering
kita jumpai karena sangat mudah untuk mendapatkannya. Didalamnya sering memuat
berita dan juga informasi tentang lowongan pekerjaan. Iklan lowongan pekerjaan
dalam Koran menjadi salah satu alternatif utama bagi masyarakat yang tinggal
agak jauh dari perkotaan dimana akses internet belum bisa dilakukan. Iklan
lowongan kerja yang terdapat dalam koran sangat terbatas tetapi peminatnya
sangat banyak sehingga mengakibatkan suatu persaingan yang berlebih pada suatu
lowongan pekerjaan yang ada. Hal itu akan membawa dampak negatif pada
persaingan yang ada, biasanya persaingan menjadi tidak sehat dimana uang akan
berbicara banyak dalam hal ini. Oleh karena itu sumber informasi kerja melalui
media cetak dirasa kurang efektif.
b. Internet
Seiring dengan
perkembangan teknologi, media periklanan tidak hanya melalui media cetak saja
bahkan Sekarang ini telah didominasi oleh media elektronik baik itu melalui
televisi, radio maupun internet. Salah satunya yang memberikan kita suatu
kemudahan yang sangat besar dalam mencari informasi adalah melalui internet.
Kemudahan yang ada
tetapi seringkali disalah gunakan. Banyak kalangan yang memandang internet dari
segi negatifnya saja tanpa melihat segi positifnya. Kita bisa mengakses sumber
informasi yang terdapat dalam internet lebih banyak dan lengkap dibandingkan
pada media yang lain. Pencarian lowongan pekerjaan melalui internet lebih mudah
dibandingkan dengan menggunakan media cetak karena kita bisa mencari suatu
informasi yang lebih lengkap dan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Saat ini
website yang menyediakan jasa tentang informasi lowongan pekerjaan terus
bertambah. Semua website menawarkan kemudahan dalam mencari informasi.
c. Depnaker
Depnaker adalah suatu
departemen pemerintah yang dibuat guna mengatasi dan mengurusi segala permasalahan
seputar dunia kerja. Lembaga ini diharapkan dapat mengurangi permasalahan
tentang dunia kerja dan pengangguran. Melalui lembaga ini kita bisa mendapatkan
informasi pekerjaan baik itu dalam negeri maupun di luar negeri.
d. Instansi
Pendidikan
Sumber informasi
pekerjaan juga dapat diperoleh dari instansi-instansi pendidikan seperti SMA,
SMK atau Perguruan Tinggi. Informasi biasa dapat kita lihat saat tahun ajaran
berakhir dimana banyak lulusan baru. Terkadang ada suatu instansi yang sangat
memperhatikan alumninya agar segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus
sehingga mereka melakukan kerja sama dengan suatu perusahaan.
e. Biro
jasa
Biro jasa pencarian
kerja sangat banyak terdapat di daerah perkotaan, mereka berlomba-lomba
menawarkan sejumlah informasi pekerjaan tetapi dengan syarat kita harus
membayar setiap informasi yang kita minta. Semakin baik jenis lowongan kerja
yang ditawarkan maka semakin mahal pula harganya.
3. Syarat-syarat
Suatu Pekerjaan
Pekerjaan
merupakan salah satu tujuan hidup seseorang oleh karenanya memiliki pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian serta minat dan bakat merupakan suatu hal yang
sangat diharapkan setiap orang. Mendapatkan suatu pekerjaan yang sesuai dengan yang
diharapkan membutuhkan keterampilan, baik yang berupa pendidikan maupun yang
berupa kemampuan khusus yang mendukung suatu pekerjaan. Berbagai macam keahlian
yang mendukung suatu pekerjaan mutlak dibutuhkan oleh setiap pencari kerja
untuk mempermudah terlaksananya suatu pekerjaan. Berbagai macam informasi cukup
banyak tersedia dan bisa didapatkan dari berbagai sumber. Dan dengan berbagai
pertimbangan tersebut diharapkan siswa akan dapat merencanakan jenjangnya setelah
selesai bersekolah, apakah memilih suatu pekerjaan atau meneruskan pendidikan
ke tingkat universitas.
Apa
yang Seharusnya Diketahui Seorang Siswa Sebelum Bekerja? Pengetahuan yang
dimiliki seseorang siswa tentang dunia kerja, proses memasuki pekerjaan,
persyaratan, kualifikasi, masa depan dari pekerjaan, gaji, pengembangan karir,
adalah memegang peranan yang penting dan berpengaruh terhadap pola pengembangan
pemilihan pekerjaan. Pemahaman yang mendalam terhadap dunia jabatan atau pekerjaan
dapat membantu individu dalam menentukan keputusan pemilihan pekerjaan.
Informasi
pekerjaan yang sangat dibutuhkan adalah berorientasi kepada sejumlah
kemungkinan untuk memasuki pilihan suatu pekerjaan serta menitikberatkan pada
proses untuk memperluas tingkat kemajuan yaitu dari satu tingkat ketingkat yang
lainya. Sehingga dapat menghindari terjadinya kekeliruan dalam pemilihan
pekerjaan atau studi lanjutan karena informasi yang diperoleh sudah out of date
dan usang, sehingga setelah menamatkan studinya, lapangan pekerjaan sudah
tertutup. Beberapa hal yang sebaiknya para siswa ketahui sebelum bekerja,
yaitu:
1. Perbedaan
lingkungan social
Bersamaan dengan
belajar memahami diri sendiri, siswa harus memahami lingkungan dimana akhirnya
di akan bekerja. Siswa harus memiliki pemahaman tentang bagaimana pengaruhnya
terhadap pemilihan suatu pekerjaan. Sejumlah metode yang baik diikuti siswa
untuk belajar memahami lingkungan tempat kerja adalah kunjungan industri,
praktik industri ataupun hari karir. Siswa harus sering menggali informasi dari
guru untuk mengetahui berbagai pengetahuan tentang lingkungan pekerjaan untuk
mengembangkan konsep-konsep yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
2. Belajar
memahami diri
Salah satu hal yang
tidak kalah penting diketahui siswa mengenai suatu pekerjaan adalah konsep
diri. Seorang siswa harus mau melakukan berbagai tes kemampuan sebagai bahan
pertimbangan masuk ke dunia karir, tes yang dilakukan mungkin membantu siswa
mengenal konsep dirinya. Suatu tes memberikan informasi tujuan untuk
meningkatkan tanggapan dari siswa tentang potensi-potensi yang dimiliki, dalam
bidang kependidikan, atau hasil-hasilnya memberikan suatu kesempatan pada siswa
untuk meningkatkan tujuan bagi dirinya sendiri.
3. Bertanggung
jawab terhadap perencanaan pekerjaa
Seorang siswa harus
bisa mengatasi tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk mengambil
keputusan-keputusan dalam perencanaan pemilihan pekerjaan. Setelah mengetahui berbagai
minat dan keterampilan yang dimiliki, kita harus mau dan bertanggung jawab
terhadap pemilihan pekerjaan. Selain itu kita juga dengan sadar dan tanpa
paksaan harus membekali diri dengan kemampuan tambahan serta mengasah
keterampilan yang sudah dimiliki agar lebih baik, siap untuk memenuhi syarat
bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan yang sudah direncanakan.
4. Mengidentifi
kasikan langkah-langkah yang diperlukan
Siswa harus dapat
mengidentifi kasikan alternatif caracara mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
membantu dalam proses perencanaan pendidikan. Menggambarkan bentukbentuk utama
meneruskan pendidikan sesudah sekolah lanjutan (misalnya magang,
pelatihan-pelatihan, kursus, sekolah militer, perguruan tinggi), dan mencatat
yang paling berhubungan dengan pemilihanan pekerjaan. Mengembangkan
rencanarencana tersebut untuk merencanakan tujuan akhir.
5. Bantuan
memasuki dunia kerja
Siswa yang telah
menyelesaikan pendidikannya (terutama siswa sekolah kejuruan), sangat
memerlukan bantuan penyaluran kerja. Penempatan kerja terdiri dari serangkaian
layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa memasuki dunia kerja. Informasi
yang bersangkutan mengenai adanya suatu pekerjaan yang sesuai dengan siswa,
sangat dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja.
BAB V
METODE
PEMBERITAHUAN INFORMASI PEKERJAAN
A. Pendahuluan
Pada
saat memasuki dunia pekerjaan untuk pertama kalinya biasanya kita sebagai
pekerja baru biasanya ‘galau’ dengan apa yang harus saya lakukan karena tidak
pernah berkecimpung di dunia kerja tersebut dan merasa awam dengan hal-hal baru
tersebut. Namun jangan pesimis dulu karena di setiap tepat bekerja pasti ada
yang disebut orientasi (training). Orientasi
adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan kerja baru dalam
suatu organisasi, meliputi organisasi tata laksana, kebijakan, tugas, fungsi,
tanggung jawab dan wewenang bagi pegawai baru.
Lingkungan
kerja merupakan hal penting bagi pegawai baru untuk diketahui serta dipahami
dengan jelas, sehingga mempermudah penyesuaian dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dibebankan kepadanya baik di pabrik maupun di kantor. Melalui
orientasi pada awal penugasan diharapkan pegawai baru akan merasa lebih siap
dalam menerima tanggung jawab, serta dapat bekerja dengan penuh percaya diri
karena telah dengan jelas mengetahui situasi, kondisi, peraturan, hak dan
kewajiban. Dengan demikian pelaksanaan tugas akan tetap mengarah pada pelayanan
yang profesional. Program orientasi bagi pegawai baru termasuk pegawai lama
yang dipindahkan ke ruangan atau unit baru, bila dirancang dengan baik
diharapkan dapat mengatasi berbagai issue yang muncul dan membantu pegawai
bersangkutan lebih cepat menyesuaikan diri dalam memenuhi tanggung jawab dan
akuntabilitas mereka terhadap tugas yang dibebankan kepada mereka.
A. Program
Out – Service Training
Pada
metode ini pegawai baru yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar
sementara dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara
intensif. Metode ini terdiri dari 2 teknik, yaitu:
a. Teknis
presentasi informasi.
Yaitu penyampaikan
informasi yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan
baru kepada peserta. Antara lain melalui; ceramah biasa, teknik diskusi, teknik
pemodelan perilaku (behavioral modelling), model kelompok T, yaitu mengirim pekerja
ke organisasi yang lebih maju untuk mempelajari teori dan mempraktekkannya.
b. Teknik
simulasi.
Simulasi adalah meniru
perilaku tertentu sedemikian rupa sehingga peserta pendidikan dan latihan dapat
merealisasikan seperti keadaan sebenarnya. Teknik ini seperti; simulator
alatalat kesehatan, studi kasus (case study), permainan peran (role playing),
dan teknik dalam keranjang (in basket), yaitu dengan cara memberikan
bermacam-macam masalah dan peserta diminta untuk memecahkan masalah tersebut
sesuai dengan teori dan pengalamannya.
B. Program
In-Service Training
Peningkatan
SDM dari pegawai baru dapat melalui pelatihan (training) sangat penting untuk
meningkatkan serta mempertahankan profesionalisme para pegawai. Dalam jangka
pendek pelatihan merupakan suatu cara yang cukup strategis dalam membantu upaya
peningkatan SDM suatu organisasi baik di pabrik maupun di kantor. Program
pelatihan yang direncanakan dan berkesinambungan dapat mendorong para pegawai
untuk meningkatkan serta mempertahankan profesionalismenya, dan pada akhirnya
akan berdampak pada kinerja mereka dan pada akhirnya akan dapat peningkatan
kompetensi dan performa pegawai. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
para pakar dan dibawah ini akan dikemukakan dua pengertian saja yaitu:
ü Menurut
Michael J. Jacius, istilah “training” yang dipergunakan di sini adalah untuk
menunjukkan setiap proses dalam mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan
pegawai agar dapat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
ü Pelatihan
adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan dalam
pekerjaannya sekarang dan dalam pekerjaan lain yang terkait dengan yang
sekarang dijabatnya, baik secara individu maupun sebagai bagian dari sebuah
team kerja (DR. Achmad. S. Ruky, 2001). Kata pelatihan (training) sering
dirancukan dengan kata pengembangan (development). Pelatihan dilakukan dalam
jangka pendek, dalam hal ini ada dua kategori yaitu pelatihan bagi calon pegawai
disebut “Pre-service training” dan pelatihan bagi pegawai yang sudah bekerja
disebut dengan istilah “In-service training”.
Pengembangan adalah
suatu program yang merujuk pada penyediaan kesempatan belajar bagi staf untuk
membantu mereka tumbuh dan berkembang dan tidak dibatasi pada pekerjaan yang dijabatnya
sekarang. Beberapa Metode Pelatihan Mandiri Selain pelatihan yang dilakukan di
dalam ruangan (kelas) untuk membahas beberapa jenis materi dengan metode kuliah
singkat serta penugasan atau latihan keterampilan, workshop lapangan, dll.
Ada beberapa metode lain yang dapat dilakukan dalam organisasi,
sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan, organisasi langsung di
tempat kerja, salah satunya adalah refleksi diskusi kasus (RDK) yang akan
dibahas dalam materi tersendiri. Beberapa metode lainnya yaitu:
1) Self-learning
(belajar sendiri)
Belajar secara mandiri
merupakan suatu pembelajaran melalui modul, yaitu materi yang berisi
langkah-langkah proses belajar yang sistematis. Modul disusun sedemikian rupa,
sehingga peserta atau pembaca modul dapat dengan mudah dituntun untuk mempelajarinya
angkah demi langkah. Peserta harus mengikuti langkah-langkah atau tahapan yang
ada dalam modul tersebut.
Dalam menggunakan
modul, diperlukan adanya narasumber atau instruktur yang dapat memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta. Setelah mengikuti pembelajaran
melalui modul, biasanya diikuti dengan lembar evaluasi, untuk menilai seberapa
jauh para peserta dapat memahami isi modul tersebut. Kelebihan dari cara pembelajaran
ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap peserta, dapat menjangkau banyak
peserta serta dengan cepat dapat menilai kecakapannya. Sedangkan kelemahannya,
memerlukan banyak waktu dalam menyusul modul dan biaya pembuatan modul tinggi.
Dalam hal ini diperlukan motivasi yang kuat dari peserta untuk belajar.
2) Tutorial
Tutorial adalah suatu
metode dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan tugas baca pada suatu
kelompok dengan topik tertentu yang kemudian didiskusikan dalam kelompok
tersebut. Tujuan dari cara ini adalah untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap
materi. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan referensi atau buku-buku
dan waktu yang cukup untuk pembahasan, tutor/nara sumber.
Dalam sistem ini
peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah berdasarkan referensi yang tersedia
dan hasilnya disusun dalam suatu makalah untuk kemudian dipresentasikan.
Kelebihan metode ini adalah analisis suatu topik dibahas secara mendalam,
sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan terjadinya interaksi dalam kelompok. Sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan nara sumber yang menguasai materi dan waktu
pembahasannya lama (1-4 minggu per topik).
3) Studi
Kasus
Studi kasus adalah
suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta menganalisis masalah dan
memilih alternatifalternatif pemecahan masalah. Metode ini bertujuan untuk membantu
peserta mengembangkan daya intelektualnya dan keterampilan berkomunikasi, baik
lisan maupun tulisan, dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Kasus
yang dibahas harus memberikan pengalaman yang realistik, aktual, praktis, dan
mempunyai keterkaitan dengan ruang lingkup pekerjaannya. Pemilihan kasus perlu
mempertimbangkan latar belakang pendidikan peserta.
Pengunaan metode ini
didahului dengan penjelasan mengenai prinsip-prinsip pendekatan dan pemecahan
masalah, sehingga peserta dapat mengembangkan kemampuannya untuk menganalisis
suatu permasalahan.
BAB VI
PENEMPATAN KERJA
DAN FOLLOW UP
A. Pentingnya
Penempatan Kerja
Perlu kita ketahui setiap individu mempunyai
kepribadian yang berbeda-beda, dan kepribadian seseorang sangat menentukan selera
orang tersebut, termasuk di mana tempat dia bekerja. Penempatan kerja ini tentu
saja didasarkan atas berbagai macam hal, dan salah satu yang paling mendasar
adalah kualitas pekerjaan, kepatuhan terhadap aturan serta tingkat kompetensi.
B. Kepuasan
Kerja
Kepuasan kerja adalah “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa
kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak
menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi
dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan
kerja, dan struktur organisasi.
Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan
dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja ada lima aspek yaitu :
1. Pekerjaan
itu sendiri (work it self). Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
tertentu. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2. Penyelia
(supervision). Penyelia yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya.
Bagi bawahan, penyelia sering dianggap sebagai fi gur ayah/ibu dan sekaligus
atasannya.
3. Teman
sekerja (workers). Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai pegawai
dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda
jenis pekerjaannya.
4. Promosi
(promotion). Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan
untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5. Gaji/Upah
(pay). Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak.
C. Aspek-aspek
lain dalam kepuasan kerja
Aspek
kepuasan kerja ada 5 hal, yaitu :
1. Kerja
yang secara mental menantang.
Karyawan cenderung menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan,
tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada
kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan
dan kepuasan.
2. Ganjaran
yang pantas.
Para karyawan
menginginkan system upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,
tidak kembar arti, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat
sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.
Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik
uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau
dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih
besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang menakutkan
upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting
adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan
dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi
dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami
kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi
kerja yang mendukung.
Karyawan peduli akan lingkungan
kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik
yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan
factor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan
kerja yang mendukung.
Orang-orang mendapatkan
lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi
kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh
karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan
mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang
juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa
kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat
memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat
karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka.
5. Kesesuaian
kepribadian dengan pekerjaan.
Pada hakikatnya orang
yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang
mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan
yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan
lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena
sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
yang tinggi dari dalam kerja mereka.
BAB VII
ORGANISASI, ADMINISTRASI,
DAN EVALUASI BIMBINGAN KEJURUAN
A. Administrasi,
Manajemen dan Organisasi
Administrasi dan manajemen pada dasarnya merupakan kegiatan
menghidupkan dan mengendalikan organisasi. Organisasi adalah “wadah” atau
badan, yakni kumpulan orang di mana di dalamnya dilakukan proses pembagian
kerja dan sistem hubungan yang disepakati bersama untuk mencapai tujuan
bersama.Tiap organisasi membutuhkan administrasi dan manajemen, digerakkan dan
dikendalikan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui sistem kerjasama
sekelompok orang.
Organisasi, Administrasi dan Manajemen Penanganan Bimbingan
dan Konseling di sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat
usaha-usaha administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran
nasional. Bimbingan dan konseling adalah sub organisasi dari organisasi sekolah
yang melingkupinya, yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan
bimbingan dan konseling secara bersama-sama.
Pola organisasi manapun yang dipilih harus
didasarkan atas kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terkait di
sekolah, yang dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan,
pembagian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan.
Usaha tersebut disebut sebagai administrasi bimbingan dan konseling. Sebagian
siswa enggan datang secara sukarela ke ruang bimbingan bukan karena merasa malu
atau takut, tetapi merasa kurangnya manfaat yang diperoleh, bahkan guru
pembimbing pada waktu melakukan konseling sering merasa puas jika mendengar
jawaban siswa mengatakan “Saya bersalah”, “Baik Pak”, “Benar Bu”. Gambaran
konkrit ini jelas menunjukkan bahwa bimbingan belum menunjukkan bukti hasil
yang nyata bermanfaat, dan tugasnya sendiri belum mampu mewujudkan kompetensinya.
B. Penanganan
Ada tujuan yang bermakna bagi siswa berupa
pemahaman, perubahan & perkembangan proses mencari dan menemukan diri sendiri.
Pembimbing dikatakan bermakna bila siswa dihadapkan dalam dan dengan
perantaraan situasi yang nyata. Menghendaki semua pekerjaan sekolah hendaknya
diatur berdasarkan paham bahwa, semua aktifi tas siswa dilakukannya dengan
sepenuh hati.
Pembimbingan di sekolah tidak boleh dipaksakan oleh
kekuasaan “atasan”, atau kekuasaan dari luar siswa, melainkan dorongan itu hendaknya
selalu muncul dari pilihan bebas siswa.
1) Prinsip-prinsip
Penanganan dan Orientasi pada Warga
Sekolah
a. Program yang mudah
dibuat.
b. Menggunakan alat
perlengkapan seadanya.
c. Program yang mudah
diimplementasikan.
d. Program yang mudah
dimonitoring dan dievaluasi.
e. Program yang
pelaksanaannya fl eksibel.
f. Penciptaan suasana
kerjasama.
2) Penanganan
Secara Massal dan Melalui Sasaran
Penanganan
tidak hanya berhubungan dengan siswa, tetapi juga berhubungan dengan kemampuan
guru pembimbing sendiri, para personil pelaksana dan sarana/prasarana dan anggaran
biaya yang mendukung. Perencanaan program bimbingan dan konseling
menitikberatkan pada beberapa subjek sasaran yang sangat membutuhkan.
Penanganan melalui sasaran menghendaki manajemen tertentu, mudah dilaksanakan
dan menghasilkan sesuatu yang nyata.
Usaha-usaha
penanganan akan lebih efektif jika pada awalnya ditujukan pada subjek tertentu
yang membutuhkan, dan bukan siswa secara massal. Sasaran yang dituju merupakan individu-individu
yang harus dilayani untuk mengatasi hambatan dan kesulitan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan mereka. Manajemen demikian dapat membuat “pasar” potensial di sekolah
akan menjadi lebih besar.
3) Penanganan
Efektif
Istilah
efektif dalam penanganan bukan berarti sematamata untuk efektifi tas pencapaian
tujuan, yakni berupa hasil-hasil yang diperoleh siswa. Dia bukan pula berarti
semata-mata untuk efektifi tas program yang dilaksanakan, dengan mengabaikan prosesnya.
Istilah efektif bukan hanya melihat efek optimal dari suatu penanganan. Bila
hasil menjadi tekanan, maka semua cara yang dimaksud untuk mendatangkan hasil,
termasuk caracara yang represif yang tidak mendidik, adalah sah. Istilah
efektif yang dimaksud di sini adalah tidak mengabaikan prosesnya.
Berkenaan
dengan kegiatan ketika menyiapkan program, implementasi program, dan evaluasi
penekanan ada pada proses kegiatan yang dipandu oleh profesionalisme, yang pada
akhirnya akan memberikan hasil-hasil yang nyata. Penanganan siswa dapat
dikelompokkan secara kasar menjadi tiga, yakni Kelompok Atas, Tengah dan Bawah.
Istilah efektif secara luas menunjuk kepada efektivitas dalam proses menyiapkan
perencanaan program, dalam implementasi program dan dalam evaluasi serta
pertimbangan keputusannya.
a. Konsep
Penanganan Efektif
Perbedaan istilah
Penanganan Efektif dimaksudkan hanya untuk memudahkan pembahasan. Penanganan
efektif tidak sama dengan pencapaian hasil semata. Dia adalah menangani proses
sejak bagaimana program (dalam satuan layanan dan kegiatan pendukungnya)
dibuat, kemudian proses implementasi dan evaluasinya. Ketiga hal ini,
memerlukan informasi, keputusan dan tindakan (perbuatan).
b. Tekanan
Utama dalam Penanganan Efektif
Penanganan efektif
adalah proses yang terencana, sistematis dan kontinyu, yakni proses yang
terkendali, yang dikendalikan untuk memberikan bukti hasil.
Manajemen Penanganan
Efektif :
1) Manajemen
Penanganan Efektif bimbingan dan konseling di sekolah menunjuk kepada kemampuan
guru pembimbing menangani siswa sasaran tertentu dengan menyiapkan perencanaan
program sesuai dengan kebutuhan siswa yang akan memberikan makna tertentu bagi
mereka.
2) Produk
perencanaan program yang berupa satuan layanan dan kegiatan pendukung
selanjutnya diimplementasikan dan akhirnya diberikan evaluasi proses dan hasil.
Implementasinya sendiri memerlukan tahapan dan pengorganisasian dengan maksud
untuk menghidupkan fungsi-fungsi personil pelaksana.
3) Kemampuan
pendayagunaan sumber tersebut dalam menjalankan satuan layanan dan kegiatan
pendukung, dengan maksud agar siswa bersedia menuruti kemauan guru pembimbing
dalam mencapai tujuan pembimbingan.
c. Tekanan
Khusus dalam Penanganan Efektif
Tekanan khusus dalam
pembimbingan, dengan mempertimbangkan meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) Bahwa
pembimbingan menurut esensinya mempunyai tujuan dan makna penuh, dan siswa
peduli pada makna itu.
2) Proses
pembimbingan ialah usaha mencari dan menemukan diri sendiri.
3) Hasil-hasil
dari proses pembimbingan dapat berupa pemahaman, pengertian, kejelasan,
kesadaran, perubahan perilaku/kebiasaan dan perkembangan.
4) Hasil-hasil
demikian harus dapat dimanfaatkan siswa untuk menghadapi tantangan dan
kesempatan dalam hidupnya.
C. Saluran
Penanganan
Istilah saluran dalam bagan struktur organisasi
bimbingan dan konseling (ornigram) adalah garis penghubung antar personil dan jenjang
dalam struktur organisasi. Garis-garis saluran pada ornigram saluran para
ornigram pada umumnya digunakan untuk melakukan hubungan menegak, mendatar dan
diagonal. Jenis-jenis saluran hubungan ini, sebagai berikut:
1. Hubungan
menegak ke bawah ialah hubungan antara pejabat yang berkedudukan lebih tinggi
dengan yang lebih rendah.
2. Hubungan
menegak ke atas ialah hubungan antara pejabat yang berkedudukan lebih rendah
dengan yang lebih tinggi.
3. Hubungan
mendatar ialah hubungan antara pejabat yang berkedudukan sederajat.
4. Hubungan
diagonal ke bawah ialah hubungan antara pejabat yang berkedudukan lebih tinggi
dengan yang lebih rendah dari satuan lain.
Saluran penanganan dalam ornigram
bimbingan dan konseling di sekolah ialah garis penghubung atau jalur baik
hubungan menegak atau mendatar, untuk keperluan konsultasi, pelaporan,
koordinasi, kerja sama, pengawasan dan pengendalian serta pembimbingan dalam
menyelenggarakan program satuan layanan dan satuan pendukung layanan kepada
sasaran (siswa). Saluran penanganan di luar sekolah ialah jalur penanganan yang
berhubungan dengan lembagalembaga referal yang ada di daerah setempat.
1) Beda
Manajemen Saluran Penanganan dengan Sosialisasi Program
Manajemen saluran
penanganan bermaksud menyiapkan semacam strategi dan taktik, baik melalui komuniikasi
formal maupun informal, dengan masing-masing jaringan komunikasinya, melalui
hubungan atasan-bawahan, bawahan dengan bawahan, dan kepada kelompok-kelompok tertentu,
termasuk mengatasi konfl ik yang terjadi. Hal yang membedakan antara
sosialisasi program dengan manajemen saluran penanganan, yaitu:
a. Manajemen
saluran penanganan dilakukan pada sasaran personil pelaksana yang belum
menunjukkan kewajiban dan tugas-tugas sehubungan dengan bimbingan dan
konseling, secara nyata; sementara sosialisasi program bermaksud mengkomunikasikan
program dan mengajak sasaran untuk bersama-sama merealisasikannya.
b. Manajemen
saluran penanganan menghendaki dikembangkannya semacam format satuan layanan
yang berisi strategi dan taktik manajemen, sementara sosialisasi menekankan
pada bagaimana caranya menawarkan kerjasama sebagaimana termuat dalam satuan
layanan dan kegiatan pendukung.
c. Manajemen
saluran penanganan dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi program, tetapi
juga dapat merupakan tindak lanjut dari sosialisasi bila hasil-hasil dari kegiatan
tersebut belum nyata.
2) Saluran
atau Jaringan Penanganan Efektif
Manajemen saluran
penanganan efektif menghendaki semua saluran dikenali, dan jaringan yang ada
dipahami beserta sifat-sifat komunikasinya. Manajemen saluran penanganan
efektif dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran pesan di
antara personil yang terlibat dalam penanganan, dengan maksud mengubah tingkah
laku (kognitif, afektif dan psikomotor) masing-masing. Pertukaran pesan itu
melalui jalan tertentu, yang disebut saluran, atau jaringan komunikasi.
a. Jaringan
komunikasi formal
Pesan dalam organisasi
bimbingan dan konseling melalui saluran dari atas ke bawah, dari bawah ke atas
dan secara horizontal.
b. Komunikasi
ke bawah
Kebanyakan komunikasi
pimpinan sekolah kepada guru pembimbing digunakan untuk menyampaikan pesanpesan
(informasi) yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut
biasanya berhubungandengan pengarahan tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum.
c. Komunikasi
ke atas
Tujuan komunikasi ke
atas adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan
pertanyaan.
d. Komunikasi
horizontal
Komunikasi horizontal
sangat penting untuk koordinasi pekerjaan dengan pihak-pihak terkait.
e. Jaringan
komunikasi informal
Komunikasi informal
terjadi jika guru pembimbing berkomunikasi kepada personil lainnya tanpa
memperhatikan posisi mereka dalam struktur organisasi, kalaupun ada, itu
mungkin sedikit. Dalam komunikasi informal banyak informasi pribadi muncul dari
interaksi antara personil di sekolah dan mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat
diperkirakan. Komunikasi demikian lebih dikenal dengan desas desus atau kabar
angin. Perencanaan dan Implementasi Managemen Saluran
D. Perencanaan
Managemen Saluran
Manajemen saluran menghendaki adanya strategi dan
taktik tertentu, dan oleh karena itu, faktor perencanaannya menjadi amat penting.
Merencanakan uraian kegiatan, berarti mengemukakan langkah-langkah, yang antara
lain mengikuti langkah-langkah:
1) Menghubungi
pihak-pihak “penghubung”.
2) Memulai
pembicaraan dan apa yang hendak ditekankan.
3) Menghadapi
apa yang akan terjadi dan mengatasi hambatan.
a. Merencanakan
Pembicaraan dan Apa yang Hendak Ditekankan
Manajer
saluran antara lain bertujuan untuk menyamakan persepsi, mengubah tingkah laku dan
memperkuatnya, dengan tetap memperlakukan subjek secara manusiawi. Caranya
dapat dilakukan dengan memberitahu, persuasi dan mengingatkan. Cara-cara ini
dapat direncanakan bila dipahami kerangka AIDA (Attention, Interest, Desire,
Action), di mana kerangka ini juga menunjuk kepada taktik penanganan, yaitu:
·
Menarik dan mendapatkan perhatian subjek
(Attention).
·
Menimbulkan dan mempertahankan minat
(Interest).
·
Menimbulkan keinginan untuk bekerja sama
(Desire).
·
Memberikan perlakuan untuk menyamakan
persepsi dan mengubah serta memperkuat perilaku yang telah diubah (Action).
b. Implementasi
Managemen Saluran Penanganan
Pengertian
seseorang akan arti penting bimbingan kepada siswa sampai kepada derajat
tertentu pada apa yang ia butuhkan, yakni tentang memikirkan peranannya di
sekolah dan tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, diperlukan penghayatan tentang
apa sebenarnya keinginan dan kepentingan mereka.
Dunia
manajemen saluran ini adalah dunia sikap dan kepercayaan subjek sasaran. Sikap
adalah kecenderungan subjek untuk menerima atau menolak suatu objek. Objek
sikap dan kepercayaan tersebut haruslah objek yang dapat diterima dan
dipercayai.
Objek
yang dapat diterima adalah objek yang positif, penting dan bermakna bagi
seseorang, dari bukti-bukti yang ada dan hasil yang ditunjukan membuat
kepercayaan tumbuh. Dalam menyampaikan fakta perlu dipertimbangkan antara lain
dari segi kata-kata yang tepat yang hendak digunakan. Hendaknya hindari
kata-kata yang mempunyai maksud emosional yang tidak enak. Selalu berusaha
bagaimana subjek sasaran menyimak kata-katanya. Kita tidak boleh lupa bahwa guru
pembimbing juga manusia. Perasaannya sendiripun terjalin dalam hubungan
komunikasi itu. Ia haruslah orang yang menerima, sebagai mana ia menerima
klienkliennya dalam konseling, yang menaruh perhatian kepada bermacam-macam orang.
Satu sikap yang menghalangi hubungan baik ialah sikap tidak senang.
Pokok-pokok
manajemen saluran:
a) Subjek
yang menimbulkan ketidaksenangan tersebut mungkin hanya merupakan gejala
permukaan saja, mungkin ada sejumlah hal yang menyebabkannya, disadari atau tidak.
b) Perlu
adanya kesabaran dan banyak mendengarkan apa yang dikatakan subjek.
c) Memahami
subjek sasaran dengan menggunakan kerangka acuan internal, bukan menurut
pandangan guru pembimbingnya sendiri.
d) Menerima
apa yang dikatakan dengan tidak membenarkan atau menyalahkan, yakni menerima
apa yang dikatakan dengan seluruh kepribadian subjek sebagai manusia.
E. Evaluasi
Proses dan Hasil serta Tindaklanjut
1. Konsep
Evaluasi dalam Penanganan Efektif
Pendapat
Kaufman dan Thomas (1980) mengenai perbedaan antara penelahaan dan kebutuhan
dan evaluasi. Mereka mengemukakan bahwa dengan penelahaan kebutuhan membantu
kita untuk mengetahui apa yang seharusnya kita kerjakan untuk menutup
kesenjangan, yakni pada awal kegiatan, yang menjadi dasar untuk menyusun
program, sedangkan evaluasi membantu kita untuk mengetahui apa yang harus kita
lakukan pada saat program sedang berlangsung. Evaluasi membantu untuk membuat
sesuatu lebih baik, karena berkat hasil-hasil evaluasilah dapat diambil
tindakan tertentu. Evaluasi membantu untuk mengidentifi kasi kesenjangan antara
hasilhasil yang dicapai saat ini dan hasil-hasil yang diinginkan, ketika program
sedang berjalan, dan evaluasi membantu mencapai tujuan-tujuan berkat
informasinya.
2. Menilai
Proses dan Hasil Penanganan
a) Mengembangkan
Alat Ukur
Mengembangkan alat ukur
atau instrumen dalam penanganan, mirip dengan mengembangkan alat ukur dalam
mengukur hasil belajar, karena memang sumber pengembangannya berasal dari
referensi yang sama, dengan penyesuaian-penyesuaian seperlunya. Oleh karena
itu, ada sejumlah langkah yang harus ditempuh dalam menyusun alat ukur. Langkah
tersebut antara lain:
1) Menentukan
sasaran penilaian. Maksudnya adalah apa tujuan dari penilaian, yakni ada
sesuatu yang diinginkan yang perlu ditunjukkan oleh subjek (siswa).
2) Membuat
tabel kisi-kisi. Maksudnya, mencanangkan tentang:
· Rincian
tujuan atau sasaran yang ingin dicapai.
· Rincian
kegiatan bidang bimbingan.
· Materi
pokok/sub materi pokok.
· Indikatornya.
· Teknik
yang digunakan.
· Sumber
data.
· Membuat
butir-butir alat ukur.
Setelah
membuat kisi-kisi seperti di atas, langkah berikutnya adalah membuat
butir-butir soal atau membuat pertanyaan-pertanyaan. Butir-butir soal yang
dimaksud dibuat berdasarkan indikator pada tabel kisi-kisi. Berdasarkan contoh untuk
masing-masing indicator tersebut.
b) Mengembangkan
Kriteria Penilaian
Kriteria adalah sesuatu
yang menggambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki. Ukuran keadaan yang
dikehendaki dalam penanganan efektif adalah ukuran keadaan yang realistis, yang
dapat dilakukan usaha-usaha untuk mencapainya.
c) Penilaian
Formatif
Sebagaimana telah
disebut, ada dua jenis kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi formatif, yakni
evaluasi pelaksanaan dan memonitor kemajuan. Kedua evaluasi ini tidak dapat dipisahkan,
yang pertama menunjuk kepada seberapa jauh kegiatan yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan dan hambatan-hambatan yang ditemui, dan kedua, sejauh mana tujuan
yang telah dicapai.
d) Penilaian
Proses
Semua usaha penilaian
dalam penanganan efektif dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang
usaha-usaha pembimbingan yang dilaksanakan atas dasar satuan layanan dan
kegiatan pendukung, yang secara profesional dijalankan oleh guru pembimbing.
Oleh karena itu penilaian tidak dapat dilakukan terhadap pembimbingan yang
tidak didasarkan atas program, apalagi “bimbingan” yang diberikan oleh
sementara pihak di sekolah, yang sebenarnya bertentangan dengan profesi
bimbingan dan konseling di sekoklah. Dengan demikian, informasi yang dihasilkan
dari kegiatan haruslah informasi aktual, yakni informasi mengenai apa yang
sedang terjadi, yang sedang dihadapi ketika pembimbingan berlangsung.
e) Menilai
Diri Sendiri
Sebagai pembimbing, ia
harus menunjukan hingga manakah subjek berhasil memenuhi kriteria dan mencapai tujuan.
Akan tetapi, ia tidak ingin penilaian itu datang dari dirinya saja, ia juga
mengusahakan subjek dapat menilai dirinya sendiri. Subjek sendiri harus turut
secara aktif dalam evaluasi karena dialah orang utama yang perlu menilai
usahanya, sebab dialah yang bertanggung jawab atas dirinya dan meningkatkan perkembangan
berdasarkan evaluasi itu.
f) Evaluasi
Hasil
Untuk mengetahui
pencapaian hasil objektif diperlukan alat ukur objektif.
g) Perolehan
Siswa dan Guru Pembimbing
Pencapaian siswa adalah
pencapaian pada ukuran keadaan yang dikehendaki, dan pada setiap pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penanganan efektif, perolehan tersebut
ditunjukkan melalui hasil-hasil dari setiap satuan layanan, dan kegiatan
pendukungnya, kemudian hasil-hasil dari kegiatan implementasi program selama
satu satuan catur wulan, pada akhirnya untuk mencapai tujuan akhir misalnya
pada suatu tahun ajaran. Perolehan guru pembimbing adalah keadaan pencapaiannya
pada tujuan, yang menunjuk kepada: tujuan apa saja yang telah dicapai, tujuan
aman yang belum berhasil, mengapa ia belum dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, apa saja yang terjadi, apa yang kurang, dan apa yang perlu ditambahkan.
Dalam penanganan efektif, perolehan tersebut ditunjukan dalam pencapaian hasil
melaksanakan setiap satuan layanan dan kegiatan pendukung, dalam mencapai
produk implementasi program, dan hasil-hasil yang berupa output.
h) Menilai
Dampak Keseluruhan Program
Dalam penanganan
efektif, informasi hasi; evalusi tidak cukup sampai disitu. Guru pembimbing
menginginkan informasi yang lebih lengkap lagi, yakni mengenai dampak
keseluruhan program. Guru pembimbing perlu secara jujur menyaksikan keadaan,
misalnya apakah ada hal-hal yang guru pembimbing tidak rencanakan tetapi
beberapa personil sekolah mengatakan itu sebagai akibat dari programnya.
3. Tindak
Lanjut Penanganan
Kegiatan
tindak lanjut bukanlah kegiatan yang terpisah, kegiatan tindak lanjut
dilaksanakan dengan suatu pertimbanganpertimbangan tertentu, yang dibuat atas
dasar hasil suatu penilaian. Tindak lanjut yang dikemukakan pada tahap siklus implementasi
program adalah tindak lanjut setelah program berakhir masa pelaksanaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bimo
Walgito, Bimbingan + Konseling (Studi & Karir), (Yogyakarta: Andi, 2010),
p. 10
Robert
L, Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2011), p. 481
Walgito,
Bimo. 2010. Bimbingan & Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta: Andi
Offset.
Hartono.
2016. Bimbingan Karier. Jakarta: Prenadamedia Group.
Hana.
1978. Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan I. Jakarta: Bulan Bintang.
Rahmad.
2013. Bimbingan Karir Suatu Kajian Teoritis. Pekanbaru: Riau Creative
Multimedia.
Salahudin,
Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi,
Dewa Ketut. 1993. Psikologi Pemilihan Karir. Jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin.
2007. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Widarto,
2015. Bimbingan Karier dan Tips Berkarier. Yogyakarta: LeutikaPrio.

.jpg)

Komentar
Posting Komentar